/data/photo/2020/01/02/5e0dfc6a4b221.jpg)
JAKARTA, KOMPAS.com - Hujan deras yang mengguyur wilayah Jabodetabek sejak Selasa (31/12/2019) sore hingga Rabu (1/1/2020) membuat sejumlah titik tergenang banjir.
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Agus Wibowo menyampaikan, setidaknya lebih dari 35.000 orang mengungsi akibat banjir Jakarta pada Rabu (1/1/2020).
Menurut Agus, banjir yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya terjadi akibat volume hujan yang tinggi.
Jebolnya tanggul dan sedimentasi sungai, tambahnya, turut memperparah dampak banjir.
"Hingga 2 Januari 2020 pukul 12.00 WIB, sebanyak 35.557 orang di wilayah Jakarta yang mengungsi," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (2/1/2020).
Perincian pengungsi akibat banjir Jakarta yakni 1.103 orang di Jakarta Barat, 2.413 orang di Jakarta Pusat, 19.089 orang di Jakarta Selatan serta di Jakarta Timur sebanyak 12.952 orang.
Berdasarkan data terakhir BNPB, tercatat jumlah korban meninggal dunia akibat banjir Jabodetabek mencapai 30 orang.
Adapun, 17 orang korban meninggal disebabkan karena terseret arus, tertimbun longsor, tersengat listrik dan hipotermia.
"Data dikumpulkan oleh BNPB dari Pusat Krisis Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, BPBD, TNI, POLRI, dan sumber lainnya. Sampai dengan pukul 21.00 WIB jumlah korban meninggal akibat banjir adalah 30 orang," kata Agus.
Baca juga: BNPB Sebut Jumlah Korban Meninggal Dunia Akibat Banjir Jabodetabek 30 Orang
Korban meninggal terbanyak berada di Kabupaten Bogor yakni 11 orang. Adapun korban meninggal di Jakarta Timur sebanyak tujuh orang.
Adapun masing-masing satu orang korban meninggal di Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Kabupaten Bekasi, Kota Bogor, dan Kota Tangerang.
Sementara itu, korban meninggal di Kota Bekasi dan Kota Depok masing-masing tercatat tiga orang.
Evakuasi warga
Sejak Rabu (1/1/2020) BNPB bekerja sama dengan TNI, Polri, Basarnas dan BPBD untuk mengevakuasi warga untuk ditempatkan ke tempat pengungsian.
Namun, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengakui proses evakuasi sempat berjalan lambat pada Rabu kemarin.
Penyebabnya, jumlah petugas evakuasi yang tidak sebanding dengan jumlah warga yang meminta dievakuasi.
"Sangat betul, warga yang meminta untuk evakuasi jumlahnya belasan ribu sementara unsur aparat yang bertugas di lapangan sangat terbatas," kata Doni, Kamis (2/1/2019).
Namun, Doni menyebut sudah lebih banyak aparat dari TNI dan Polri yang dikerahkan ke lapangan pada hari ini.
Baca juga: Kepala BNPB Akui Evakuasi Warga Korban Banjir Lambat
Bahkan, BNPB sudah menggelar rapat koordinasi bersama Kementerian dan lembaga terkait guna penanganan banjir di Jabodetabek.
Pemerintah kota dan kabupaten di DKI Jakarta dan sekitarnya pun sudah diminta untuk melakukan tindakan khususnya di wilayah daerah aliran sungai.
"Nanti akan dibantu sepenuhnya oleh seluruh komponen, tadi pagi relawan banyak yang dateng dari Pramuka, Tagana dan lain-lain. Seluruh cadangan milik Pemprov, TNI, Polri, Basarnas, dan sebagainya," ujar Doni.
Modifikasi cuaca
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengerahkan tim untuk membantu mengurangi curah hujan ke wilayah Jabodetabek sehingga potensi banjir berkurang.
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC- BPPT) Tri Handoko Seto mengatakan, BPPT menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk menjatuhkan hujan di Selat Sunda atau Lampung.
Baca juga: Kurangi Curah Hujan di Jabodetabek, BPPT Mulai Modifikasi Cuaca
"Target kita adalah mengurangi 30-50 persen hujan yang kira-kira akan jatuh di Jabodetabek," kata Tri dalam rapat koordinasi di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Kamis (2/1/2020).
Tri mengatakan, untuk mempercepat proses modifikasi cuaca, pihaknya meminta bantuan TNI dan BNPB menyediakan pesawat Casa dan CN295.
Cuaca ekstrem
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca dalam dua pekan ke depan yaitu 5-10 Januari 2020 patut diwaspadai.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, aliran udara basah akan masuk dari arah Samudera Indonesia, tepatnya di sebelah barat Pulau Sumatera, sehingga berdampak pada meningkatnya intensitas curah hujan menjadi ekstrem.
Baca juga: BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Akan Terjadi 5-10 Januari 2020
"Jadi potensi hujan ekstrem akan terjadi lagi, diperkirakan antara 5-10 Januari di wilayah Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jambi sampai Lampung, termasuk Jawa, tentunya Jabodetabek juga termasuk di dalamnya," kata Dwikorita.
"Kemudian aliran ini kan berjalan, antara 5-10 di wilayah Indonesia Barat bagian selatan ya, dekat ekuator. Lalu, tanggal 10-15 Januari dia bergerak ke Kalimantan Selatan, lalu ke Sulawesi bagian Selatan Tenggara," tuturnya.
Dwikorita mengatakan, siklus cuaca itu akan berulang di akhir Januari sampai awal Februari.
Oleh karena itu, ia meminta masyarakat mempersiapkan segala sesuatu sebagai antisipasi, kemungkinan terjadinya bencana.
Indonesia - Terkini - Google Berita
January 03, 2020 at 08:10AM
https://ift.tt/2QIwGhQ
Penanganan Banjir Jabodetabek: Evakuasi Warga, Modifikasi Cuaca hingga Peringatan Cuaca Ekstrem - Kompas.com - Nasional Kompas.com
Indonesia - Terkini - Google Berita
https://ift.tt/32k1zwO
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Penanganan Banjir Jabodetabek: Evakuasi Warga, Modifikasi Cuaca hingga Peringatan Cuaca Ekstrem - Kompas.com - Nasional Kompas.com"
Post a Comment